Market

Diam-Diam Lakukan Bisnis dengan Israel, Hati-hati Boikot Produk Salah Sasaran


Hati-hati, isu boikot yang diselipi hoaks tentang perusahaan atau produk yang terkait Israel, begitu maraknya. Diam-diam ada perusahaan yang berbisnis dengan perusahaan Israel, lolos dari pengamatan publik.

Beberapa waktu lalu, Aljazeera melansir hasil investigasi internasional tentang empat perusahaan terkait Israel yang diam-diam menjual perangkat lunak invasif dan teknologi pengawasan siber ke Indonesia.

Namun, tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel. Barang tersebut masuk dari perusahaan perantara di Singapura.

Perusahaan tersebut tampaknya merupakan broker dengan sejarah penyediaan teknologi pengawasan atau spyware ke Indonesia.

Berdasarkan catatan perdagangan, pengiriman dan riset internet, terungkap hubungan bisnis sudah berlangsung sejak 2017, antara lembaga atau badan resmi pemerintah dengan perusahaan teknologi Israel NSO, Candiru, Wintego dan Intellexa, sebuah konsorsium perusahaan yang awalnya didirikan oleh mantan perwira israel.

Laporan Aljazeera ini, menyebut telah ditemukan impor dan implementasi spyware yang cukup masif pada 2017 hingga 2023 oleh perusahaan dan agensi negara di Indonesia, termasuk Polri dan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN). Namun ketika dikonfirmasi Amnesty Polri menolak menjawab pertanyaan mereka.

“Ekosistem yang gelap dan kompleks dari pemasok, broker, dan pengecer spyware dan pengawasan, serta struktur perusahaan yang kompleks, memungkinkan industri ini untuk menghindari akuntabilitas dan regulasi dengan mudah,” kata Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, dikutip Rabu (8/5/2024).

Ini bukan kali pertama Indonesia dikaitkan dengan spyware Israel. Pada 2023, Tempo melaporkan adanya jejak spyware Pegasus NSO yang dapat menginfeksi ponsel yang ditargetkan tanpa interaksi pengguna juga ditemukan di Indonesia.

Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik impor Indonesia dari Israel pada Oktober 2023, mencapai US$2,5 juta, atau setara Rp37,5 triliun (kurs Rp15.000/US$). Atau naik jika dibandingkan impor September 2023 sebesar US$999.431.

Impor bulan Oktober didominasi oleh mesin dan pesawat mekanik yang nilainya mencapai US$734.786. Angka impor komoditas ini pada bulan Oktober meningkat hampir lima kali lipat dibandingkan periode September dengan nilai US$142.690.

Sementara itu nilai ekspor Indonesia ke Israel sepanjang 2023, mencapai US$165,77 juta atau mencakup hanya 1,83 persen dari total ekspor ke Timur Tengah. Sementara nilai impornya hanya US$21,93 juta atau hanya 0,22 persen dari total impor Indonesia dari Timur Tengah.

Meski tidak memiliki hubungan diplomasi dan sedang melakukan boikot, nyatanya perdagangan dengan Israel terus berjalan. Inilah sebabnya banyak pihak yang meragukan efektifitas boikot di Indonesia.

Mereka mempertanyakan kampanye boikot produk yang sering salah sasaran dan bernuansa ditunggangi kepentingan bisnis menggunakan kampanye hitam (smear marketing dan smear campaign). Keberadaan oknum yang menunggangi isu BDS di Indonesia juga sudah disinggung oleh Ekonom Mumtaz Foundation, Nurizal Ismail.

Dia menjelaskan bahwa bukan tidak mungkin ada ‘penumpang gelap’ yang sengaja memanfaatkan konflik ini untuk menjatuhkan perusahaan lain. Penumpang gelap tersebut sengaja ikut berkampanye namun bukan untuk tujuan mulia seperti membantu Palestina. Namun, tujuan sebenarnya adalah menjatuhkan kompetitor mereka.

“Masyarakat sebaiknya berhati-hati juga terhadap adanya pihak-pihak tertentu yang hanya memanfaatkan konflik Gaza ini untuk tujuan persaingan usaha semata,” katanya.

Salah satu korban dari kampanye hitam yang menunggangi gerakan boikot adalah Aqua. Kompetitor produk air minum dalam kemasan (AMDK) itu menggunakan isu boikot dengan memfitnah produk terafiliasi dengan Israel.

Tak tanggung-tanggung, fitnah tersebut dilakukan dengan mencatut nama dan para tokoh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Hoax MUI menyerukan boikot Aqua sudah dikonfirmasi Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Back to top button