Market

10 Juta Gen Z Indonesia Menganggur, Ekonom Senior: Awas, Bonus Demografi Melayang


Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut 9,9 juta penduduk usia muda (15-24 tahun) atau Gen Z di Indonesia, adalah pengangguran menjadi fakta yang mengkhawatirkan. Peluang bonus demografi gagal mendorong Indonesia menjadi negara maju ekonominya, semakin terbuka.

Ekonom senior Raden Pardede berharap, pemerintah Indonesia memberikan atensi khusus atas fenomena ini. Kalau tidak, bonus demografi hanya akan lewat begitu saja. Pemerintah, harus benar-benar mengoptimalkan bonus demografi yang saat ini tengah dialami. 

Di mana, jumlah pekerja produktif yang berlimpah saat ini, tidak akan terulang dalam waktu cepat. Beda dengan negara yang ekonominya maju, saat ini, tengah mengalami populasi menua, alias tidak produktif. Sehingga wajar jika banyak lembaga asing memberikan koreksi atas proyeksi perekonomiannya.

“Proyeksi World Bank, IMF, OECD dan ADB menyatakan, perekonomian sejumlah negara maju bakal turun. Termasuk China, tidak lagi bisa tumbuh seperti dulu,” kata Raden, dikutip Senin (20/5/2024).

Suka atau tidak, lanjut Raden, struktur demografi seluruh negara akan memasuki era menua. Itu adalah sebuah keniscayaan. 

“Makin menua suatu bangsa, berarti jumlah orang yang produktif berkurang. Baik secara natural, mereka akan seperti itu. Kecuali ada terobosan teknologi yang bisa mengkompensasi penurunan produktivitas,” katanya.

Dia mengatakan, banyaknya penduduk negara maju yang menua, seharusnya menjadi peluang bagi Indonesia yang penduduknya relatif muda. Rata-rata usia penduduk Indonesia saat ini adalah 30 tahun. “Bandingkan dengan Korea yang 42-50 tahun, begitu juga Jepang,” kata dia.

Tapi sayangnya itu tadi. Catatan BPS menyebut 9,9, juta Gen Z di Indonesia pada 2023, adalah pengangguran. Mereka masuk kelompok tanpa kegiatan atau youth not in education, employment, and training (NEET).

Bisa jadi, ini ada kaitan dengan semakin mahalnya biaya kuliah. Hari-hari ini, masyarakat dibuat resah dengan begitu tingginya uang kuliah tunggal (UKT).

Sejumlah kampus yang memasang UKT tinggi adalah Universitas Jenderal Sudirman (Unsud) di Purwokerto, Universitas Riau (Unri) dan Universitas Sumatra Utara (USU).

Informasi ini sempat viral di media sosial (medsos). Tak tanggung-tanggung, kenaikan UKT di kampus-kampus itu melambung di kisaran 300-500 persen.

Tentu saja, kejadian ini memberatkan para orang tua yang ingin anaknya menempuh pendidikan di univesitas negeri. 

Dengan harapan biayanya lebih ringan ketimbang berkuliah di swasta. Namun yang terjadi justru sebaliknya. Kenyataannya tidak seindah harapan. 
 

Back to top button