Market

Siap-siap Cicilan Melonjak, Ekonom: BI Segera Naikkan Suku Bunga Acuan Dampak Konflik Iran-Israel


Konflik Iran-Israel tak hanya berdampak kepada kenaikan harga minyak dunia. Bank sentral sejumlah negara bakal mengerek naik suku bunga acuan. Tentu saja, Bank Indonesia (BI) tak mau ketinggalan demi memperkuat nilai tukar rupiah. Kalau benar terjadi, jangan kaget jika cicilan kredit di bank semakin berat.

Ekonom Ibrahim Assuaibi, menyebut, dalam waktu cepat, Bank Indonesia (BI) akan mengevaluasi suku bunga acuan (BI-7 Day Reserve Repo Rate) yang saat ini bertengger di level 6 persen.

“Bank sentral Indonesia (BI), walaupun terus melakukan intervensi di pasar Domestic Non Deliverable Forward (DNDF) berupa valuta asing (valas) dan obligasi, kemungkinan besar tidak akan cukup kuat untuk menahan laju pelemahan mata uang rupiah,” kata Ibrahim di Jakarta, Selasa (16/4/2024).

Usai libur Lebaran 2024, nilai tukar (kurs) rupiah melemah, karena penguatan indeks dolar AS menyusul menguatnya data ekonomi Amerika Serikat (AS). Ditambah ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya konflik Iran dan Israel. Saat ini saja, rupiah anjlok hingga melampaui Rp16.000 per dolar AS.

“Sehingga dalam pertemuan di bulan ini Bank Indonesia harus menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin guna menstabilkan mata uang rupiah,” ujar Ibrahim yang merupakan Direktur PT Laba Forexindo Berjangka.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang digelar 19-20 Maret 2024, BI mempertahankan BI-7DRRR di level 6 persen. Sedangkan untuk suku bunga deposit facility tetap 5,25 persen, dan suku bunga lending facility bertahan 6,75 persen. Selanjutnya, BI akan menggelar RDG BI pada 23-24 April 2024, salah satu pokok bahasannya adalah penetapan BI-7DRRR.

Ibrahim menuturkan, pemerintah harus terus melakukan intervensi melalui operasi pasar di mana harga-harga bahan pokok yang terus mengalami kenaikan perlu dikendalikan sehingga inflasi dapat terus terjaga dalam kisaran sasaran.

“Di sisi lain, pemerintah juga harus tetap menggelontorkan bantuan sosial (bansos), bantuan langsung tunai (BLT) dan bantuan lainnya agar konsumsi masyarakat terus berlanjut,” kata Ibrahim.

Ia mengatakan, konsumsi masyarakat yang meningkat saat Ramadan dan Lebaran 2024, kemungkinan besar akan mengangkat pertumbuhan ekonomi sebesar 0,12 sampai 0,18 persen. “Konsumsi domestik yang meningkat ini, mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Ibrahim.

 

Back to top button