Arena

Sejarah Thomas dan Uber Cup, Ternyata Bukan Indonesia yang Pertama Kali Juara


Indonesia akan kembali berjuang merebut supremasi bulu tangkis beregu paling bergengsi di dunia, Piala Thomas dan Uber 2024.

Mungkin anda suka

Mulai tanggal 28 hingga 5 Mei mendatang, tim Thomas dan Uber Indonesia akan berjuang merebut titel juara edisi ke-33 di Chengdu, China.

Sebanyak 16 negara dari lima konfederasi berbeda (berdasar ketentuan BWF) bakal bersaing menjadi yang terbaik di turnamen beregu tersebut.

Tim Thomas Indonesia jadi salah satu unggulan dan berpotensi besar meraih gelar setelah menunjukkan grafik penampilan yang meningkat dalam beberapa turnamen terakhir. Setelah seret gelar di tahun 2023, Bulu Tangkis Indonesia jadi sorotan media, kini berhasil bangkit dan kerap meraih gelar juara.

post-cover
Skuad Tim Uber Indonesia 2024 (Foto X @INABadminton)

Jonatan Christie yang juara di All England dan Badminton Asia Championship 2024, ditambah Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto di sektor ganda yang juga juara di All England, bakal jadi modal tim Thomas membalas kekalahan di final dua tahun lalu saat dikalahkan India.

Sementara tim Uber yang diisi banyak debutan, diharapkan bisa membuat kejutan dengan melangkah minimal sampai semifinal.

1.Sejarah Thomas dan Uber Cup

Thomas Cup lebih dulu terselenggara atas inisiasi legenda bulu tangkis asal Inggris, Sir George Alan Thomas. Sir George Alan Thomas sendiri dikenal sebagai sosok pendiri Federasi Bulu Tangkis Dunia pada 1949 yang dulu bernama IBF.

Sebagai orang yang menggeluti olahraga bulu tangkis, sosok kelahiran Istanbul, Turki itu menginginkan kompetensi beregu dunia seperti Piala Davis dalam cabor tenis.

Namanya akhirnya diabadikan sebagai trofi yang diperebutkan dalam turnamen bulu tangkis beregu putra.

Thomas Cup pertama kali diselenggarakan di Preston, Inggris pada 1949 dan diikuti oleh 10 negara dari Benua Eropa, Asia, dan Amerika.

Melihat sektor putra memiliki turnamen bulu tangkis beregu, H. S. Betty Uber seperti tak mau ketinggalan menginginkan hal yang sama untuk tim putri.

Betty Uber sendiri merupakan pemain legendaris Inggris yang memenangi berbagai gelar bergengsi era 1930an hingga 1950an.

Perempuan kelahiran 2 Juni 1906 itu pun menggagas berlangsungnya turnamen bulu tangkis beregu putri antarnegara yang digelar di Lanchasire, Inggris pada 1957.

Sama halnya George Alan Thomas, nama Betty Uber kemudian diabadaikan sebagai tajuk dari turnamen beregu putri tersebut.

Awalnya, Thomas Cup diadakan setiap tiga tahun sekali. Namun, sejak 1982, turnamen ini diadakan tiap dua tahun sekali. Formatnya juga berubah. Awalnya, hanya 8 tim yang berlaga, tapi kini lebih dari 30 tim dari berbagai negara di seluruh dunia bersaing untuk memperebutkan gelar juara.

Awalnya, Uber Cup juga diadakan setiap tiga tahun sekali. Namun, sejak 1984, turnamen ini diadakan tiap dua tahun sekali, mengikuti format Thomas Cup. Juga seperti Thomas Cup, kini lebih dari 30 tim dari berbagai negara di seluruh dunia bersaing untuk memperebutkan gelar juara di ajang ini.

2. Juara Perdana

Malaysia yang saat itu masih bernama Malaya jadi juara edisi perdana usai menang 8-1 atas Denmark di laga puncak.

Saat itu, Thomas Cup masih menggunakan format sembilan partai per laga dan digelar selama tiga tahun sekali.

Format tersebut mengalami perubahan saat Thomas Cup 1984 dihelat di Kuala Lumpur, Malaysia hanya dua tahun setelah edisi ke-12 dihelat di London, Inggris.

Thomas Cup 1984 juga menghadirkan terobosan di mana setiap laga hanya menggelar maksimal lima partai dengan rincian tiga partai tunggal dan dua partai ganda.

Format itu pun dipertahankan hingga saat ini dengan tambahan sistem best-of-five di mana laga bisa selesai cepat jika tim sudah memenangi tiga partai (di fase gugur).

3. Juara Terbanyak

post-cover
Skuad Tim Thomas Indonesia 2024 (Foto X @INABadminton)

Indonesia hingga saat ini masih tercatat sebagai negara tersukses dalam sejarah Thomas Cup dengan koleksi 14 gelar.

Skuad Merah Putih pertama kali membawa pulang Thomas Cup pada1958 atau saat edisi keempat digelar di Singapura.

Predikat Indonesia sebagai negara tersukses di Thomas Cup bakal bertahan setidaknya hingga sewindu ke depan. Sebab, Cina sebagai pesaing terdekat “baru” 10 kali jadi juara.

Selain Indonesia dan Cina, tercatat ada empat negara yang pernah juara Thomas Cup. Mereka adalah Malaysia (lima kali) Denmark (sekali), Jepang (sekali), dan India (sekali).

Tim Indonesia juga cukup moncer di Uber Cup, meraih 3 gelar juara. Prestasi ini menjadikan Indonesia sebagai negara tersukses ketiga setelah China (16) dan Jepang (6). Namun, Indonesia belum juara lagi sejak 1996, dan terakhir kali masuk final pada 2008, ketika kalah dari China dengan skor 0-3. Indonesia terhitung 26 kali menembus final.

Daftar Juara Thomas Cup:

  •    Indonesia: 14 (1958, 1961, 1964, 1970, 1973, 1976, 1979, 1984, 1994, 1996, 1998, 2000, 2002, 2020)
  •    China: 10 (1982, 1986, 1988, 1990, 2004, 2006, 2008, 2010, 2012, 2018)
  •    Malaysia: 5 (1949, 1952, 1955, 1967, 1992)
  •    Denmark: 1 (2016)
  •    Jepang: 1 (2014)
  •    India: 1 (2022)

Daftar Juara Uber Cup:

  •    China: 15 (1984, 1986, 1988, 1990, 1992, 1998, 2000, 2002, 2004, 2006, 2008, 2012, 2014, 2016, 2020)
  •    Jepang: 6 (1966, 1969, 1972, 1978, 1981, 2018)
  •    Indonesia: 3 (1975, 1994, 1996)
  •    Amerika Serikat: 3 (1957, 1960, 1963)
  •    Korea Selatan: 2 (2010, 2022)
     

Back to top button