Market

Bicara Berdikari Pangan, Bos Bapanas Lupakan Impor Beras 2023 Cetak Rekor


Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi tiba-tiba bicara soal pangan berdikari yang bertumpu kepada upaya peningkatan produksi.

Mungkin lupa dia lupa, pada 2023, Impor beras Indonesia mencapai 3,06 juta ton. Terbesar sepanjang Indonesia berdiri pada 1945.

Kata Arief, pemenuhan produksi pangan dalam negeri menjadi keniscayaan dalam membangun ketahanan pangan nasional yang berbasis pada kemandirian dan kedaulatan pangan

“Indonesia memiliki sumber pangan sangat beragam. Jadi misalnya bukan hanya beras sebagai pangan sumber karbohidrat, tapi ada juga talas, sagu, jagung, singkong, dan lainnya. Ini perlu terus diangkat sehingga pangan yang bersumber dari produksi dalam negeri ini bisa menopang ketahanan pangan nasional,” ujar Arief di Jakarta, dikutip Rabu (1/5/2025).

Saat ini, kata dia, pemerintah memerlukan mental-mental berdikari. Di mana, produk-produk yang dapat dihasilkan di dalam negeri harus terus ditingkatkan.

Bapanas sebagai institusi pemerintah, lanjut Arief, tidak hanya berfokus pada aspek ketersediaan dan stabilitasi pangan, tetapi juga  aspek lainnya yang terkait peningkatan kualitas, keragamaan, dan keamanan pangan.  

“Badan Pangan Nasional sebagai lembaga yang keberadaanya baru dua tahun terakhir ini memiliki peran yang penting, di mana dalam lembaga ini tidak hanya menangani urusan ketersediaan dan stabilisasi pangan tetapi juga ada kerawanan pangan dan gizi serta penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan,” ungkap Arief.

Ia menyebut, kampanye pangan B2SA yang digencarkan NFA menjadi salah satu upaya mengedukasi masyarakat untuk memiliki kesadaran mengonsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman. Sehingga ke depannya dapat membentuk sumber daya manusia yang sehat, aktif dan produktif melalui penyediaan aneka ragam pangan yang bersumber dari potensi pangan lokal.
 
Arief berharap kedepannya tidak ada lagi ketergantungan di salah satu komoditas pangan. Begitu juga dengan edukasi Stop Boros Pangan yang berupaya menekan angka susut dan limbah pangan sehingga dapat menekan nilai kerugian ekonomi dari makanan yang terbuang.

Untuk membangun ketahanan pangan yang kuat, Arief menekankan bahwa sinergitas bersama stakeholder terkait merupakan keharusan dalam membangun ekosistem pangan nasional.

“Pangan itu memang tidak bisa dikelola hanya oleh satu kementerian atau lembaga dan tanpa dukungan sinergitas serta kolaborasi dari seluruh pihak, termasuk bersama pemerintah daerah” ungkap Arief.

Arief mengakui jika beras masih menjadi komponen volatile (bergejolak) yang cukup memengaruhi inflasi nasional, sebesar 0,74 persen secara tahunan. yoy. Untuk itu NFA sesuai arahan presiden berupaya menstabilkan harga beras, salah satunya dengan memberikan bantuan pangan beras kepada 22 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di seluruh Indonesia.

“Impactnya bisa kita lihat, inflasi ditahan kontribusinya tidak terlalu tinggi, dan (bantuan) ini tidak ada kaitannya dengan politik,” kata Arief.

“Kita harus bangun ekosistem mulai dari produksi, input, kemudian teknologi pasca panen, penyimpanan sampai distribusi bahkan hingga outlet. Bicara pangan tidak boleh parsial tapi harus end to end,” tambahnya.

Sementara itu Bayu Krisnamurthi selaku Direktur Utama Perum Bulog pada kesempatan yang sama juga mengaminkan bahwa untuk mencapai pangan yang berdikari maka perlu adanya huluisasi dan hilirisasi.

“Huluisasi, contohnya dengan pendampingan sistematis untuk petani. Ini sejalan juga dengan yang dikatakan pak Arief tadi, harus menjangkau dari sisi konsumsi di masyarakat, masuk ke retail dengan bantuan pangan sebagai hilirisasi,” sebutnya.
 

Back to top button