News

Siapa Geert Wilders, Politisi Anti-Islam yang Akan Pimpin Belanda?

Setelah dua dekade hidup di bawah perlindungan ketat polisi akibat penghinaannya terhadap Islam, Geert Wilders berpeluang menjadi perdana menteri Belanda setelah Partai Kebebasan (PVV) yang dipimpinnya meraih kursi parlemen terbanyak.

“Saya akan membentuk pemerintahan, dan saya yakin dapat mencapai kesepakatan dengan kelompok sayap kanan arus utama yang bertahun-tahun menolak kerja sama dengan PVV,” kata Wilders dalam pidato kemenangannya.

PVV saat ini meraih 37 dari 150 kursi parlemen, dan berada di atas koalisi partai-partai pimpinan PM Mark Rutte.

Wilders memulai karier politiknya sebagai anggota Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) pimpinan PM Mark Rutte. Setelah pembunuhan Pim Fortuyn –politisi populer dan kritikus Islam– tahun 2002, Wilders menyampaikan serangkaian pidato yang mengutuk multikulturalisme dan imigran Islam.

Dua tahun kemudian, ketika VVD mendukung Turki menjadi anggota Uni Eropa, Wilders memisahkan diri dari VVD dan membentuk Partai Kebebasan (PVV).

Dalam manifesto yang diterbitkan dua tahun kemudian, Wilders menyerukan moratorium terhadap imigrasi non-Barat ke Belanda, larangan pendirian masjid baru, dan pajak atas pemakaian hijab.

Wilders selanjutnya menyebut Nabi Muhammad sebagai ‘iblis’, dan Alquran adalah buku fasis yang harus dilarang. Ia juga menyebut imigran Maroko sebagai teroris jalanan.

Target Ekstremis

Wilders cenderung tak asal ngomong. Tahun 2019, ia berencana menjadikan Belanda sebagai tuan rumah kartun Nabi Muhammad. Akibatnya, ia menjadi target ancaman pembunuhan kelompok Islam garis keras.

Pengkhotbah di sejumlah negara mayoritas Islam menyebutnya sebagai orang harus dibunuh. Al Qaeda juga mengirim ancaman serius.

Tahun 2004, polisi mengendus rencana pembunuhan terhadap Wilders. Petugas bersenjata lengkap mengamankan rumah dan mengawalnya secara ketat, dan semakin ketat setelah Al Qaeda mengancamnya.

Wilders diadili dua kali akibat ujaran kebencian. Tahun 2016 pengadilan memvonisnya bersalah menghasut diskriminasi dan kebencian dalam pidato dua tahun sebelumnya.

Saat itu Wilders bertanya kepada pendukungnya; “Apakah kalian menginginkan lebih sedikit warga Maroko di Belanda.” Namun, vonis itu dibatalkan tahun 2020.

Liberal Sayap Kanan

Media menyebut Wilders sebagai sayap kanan, tapi dia menolak label itu. Bahkan dia menjauhkan diri dari gerakan sayap kanan Eropa lainnya.

“Saya sangat takut dikaitkan dengan kelompok fasis kanan yang salah,” katanya kepada The Guardian tahun 2008.

Dalam wawancara berikut, Wilders menjelaskan pandangannya soal Islam. Menurutnya, Islam adalah ancaman bagi hak-hak perempuan, LGBT, kebebasan berbicara, dan toleransi sosial.

Wilders Melunak

Selama kampanye pemilu tahun ini Wilders melunakkan retorika anti-Islam, meski isu imigrasi menjadi prioritas utama. Manifestonya menjanjian pembekuan penerimaan pencari suaka, deportasi imigran kriminal, dan memprioritaskan penduduk asli Belanda dalam program perumahan sosial.

“Belanda akan dikembalikan ke tangan Belanda,” katanya dalam pidato kemenangannya seraya mengatakan bahwa tsunami suaka akan diatasi.

Dalam manifesto lainnya, Wilders juga mengusulkan mengadakan referendum untuk keluar dari Uni Eropa, atau mengurangi kontribusi negaranya kepada UE, membatalkan undang-undang iklim, dan menghentikan transfer senjata ke Ukraina.

PM Berikut?

“Kami ingin memerintah, dan kami akan memerintah,” kata Wilders dalam pidato kemenangannya.

Untuk membentuk pemerintahan, Wilders butuh dukungan 38 kursi parlemen lagi. Ini tidak akan mudah. Wilders butuh waktu tak singkat untuk membujuk partai-partai lain agar bersedia bermintra untuk membentuk koalisi dengan PVV sebagai pemimpin.

Sasaran Wilders adalah PVV, yang meraih 24 kursi. Lainnya? Forum untuk Demokrasi (FVD) terlalu kecil untuk dirangkul, karena hanya meraih tiga kursi. Pieter Omtzigt, pemimpin Kontrak Sosial Baru, lebih suka menjadi pesaing Wilders dalam membentuk pemerintahan.

Dengan 20 kursi parlemen, Omtzigt yakin mendapatkan mitra koalisi. Jadi, masih ada kemungkinan PVV dan Wilders gagal membentuk pemerintahan meski memenangkan pemilu.

Wilders seumur-umur menjadi opisisi, dan diperkirakan kebingungan ketika memerintah.

Back to top button