News

Infeksi Paru-paru yang Dialami Raja Saudi Bisa Menimpa Siapa Saja, Bagaimana Pencegahannya?


Raja Salman Arab Saudi yang berusia 88 tahun telah didiagnosis menderita infeksi paru-paru. Ia kini menjalani perawatan dengan antibiotik setelah jatuh sakit karena demam dan nyeri sendi. Penyakit ini bisa menimpa siapa. Apa penyebab dan bagaimana pencegahan penyakit ini?

Saudi Press Agency (SPA) melaporkan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman membuat komentar yang meyakinkan tentang kesehatan Raja Salman selama rapat kabinet pada Selasa (21/5/2024). Raja telah menjalani tes medis dan akan menjalani program pengobatan untuk radang paru-parunya di Istana Al-Salam di Jeddah.

Putra mahkota juga memberi pengarahan kepada dewan mengenai hasil KTT Liga Arab, menekankan komitmen Kerajaan terhadap isu-isu Arab, pengembangan aksi bersama, peningkatan keamanan regional, dan membela kepentingan Arab.

Pada bulan April, raja masuk rumah sakit untuk pemeriksaan kesehatan dan kemudian dipulangkan. Raja Salman naik takhta pada tahun 2015. Sejak saat itu, ia mengangkat putranya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, menjadi calon raja kerajaan. Putra mahkota diyakini secara luas menjalankan urusan kerajaan sehari-hari.

Penyakit Menakutkan

Infeksi paru-paru makin menjadi momok yang menakutkan. Sejumlah tokoh hingga artis di dunia terkena penyakit ini. Infeksi paru-paru atau pneumonia merupakan infeksi yang menyerang kantung udara di salah satu atau kedua paru-paru. Kantung udara dapat berisi cairan atau nanah, menyebabkan batuk berdahak atau bernanah, demam, menggigil, dan kesulitan bernapas. Berbagai organisme, termasuk bakteri, virus dan jamur, dapat menyebabkan pneumonia. 

Pneumonia dapat menjadikan korbannya dari yang berefek ringan hingga mengancam jiwa. Penyakit ini akan sangat serius jika menimpa bayi dan anak kecil, orang tua di atas 65 tahun, serta orang dengan masalah kesehatan atau sistem kekebalan yang lemah. Faktor risiko lainnya juga terhadap dengan kondisi kesehatan lain, seperti asma, cystic fibrosis, atau kondisi jantung, ginjal atau hati, termasuk perokok berat. Komplikasi pneumonia dengan penyakit lainnya membuat korbannya juga mengalami sakit parah hingga meninggal dunia. 

Ada beberapa kuman yang bisa menyebabkan radang paru-paru. Biasanya dari bakteri atau virus dari udara yang kita hirup. Tubuh kita sebenarnya memiliki mekanisme pertahanan sendiri untuk menangkal kuman-kuman seperti ini untuk menginfeksi paru-paru. Hanya saja sistem kekebalan tidak selalu dalam keadaan prima sehingga mereka bisa lolos. Kondisi ini dapat mempengaruhi satu bagian (lobus) paru-paru, yang disebut pneumonia lobar.

post-cover
Ilustrasi penyakit pneumonia (Foto: Kateryna Kon/Shutterstock)

Mengutip Mayo Clinic, penyebab lainnya bisa berasal dari organisme mirip bakteri seperti Mycoplasma pneumoniae. Ini biasanya menghasilkan gejala yang lebih ringan daripada pneumonia lainnya. Pneumonia jenis ini biasanya tidak cukup parah dan hanya memerlukan istirahat di tempat tidur.

Yang paling sering terjadi adalah jamur. Jenis pneumonia ini paling sering terjadi pada orang dengan masalah kesehatan kronis atau sistem kekebalan yang lemah, dan pada orang yang menghirup organisme dalam dosis besar. Jamur yang menyebabkannya dapat ditemukan di tanah atau kotoran burung dan bervariasi tergantung pada lokasi geografis.

Selain itu ada juga beberapa virus pilek dan flu yang dapat dapat menyebabkan pneumonia seperti yang pada Covid-19. Virus adalah penyebab paling umum dari pneumonia pada anak-anak di bawah 5 tahun. Pneumonia virus biasanya ringan. Namun dalam beberapa kasus bisa menjadi sangat serius. Seperti virus Covid-19 yang dapat menyebabkan pneumonia lebih parah.

Apa Saja Gejalanya?

Tanda dan gejala pneumonia bervariasi dari ringan hingga berat, tergantung pada faktor-faktor seperti jenis kuman yang menyebabkan infeksi, dan usia serta kondisi kesehatan Anda. Tanda dan gejala ringan seringkali mirip dengan pilek atau flu, tetapi berlangsung lebih lama.

Tanda dan gejala pneumonia mungkin termasuk nyeri dada saat bernapas atau kesulitan bernapas. Pernapasan bisa cepat dan dangkal, dan mungkin merasa sesak napas, bahkan saat beristirahat. Batuk juga bisa menjadi gejala ini, yang mungkin kering, atau menghasilkan lendir kental berwarna kuning, hijau, coklat atau bernoda darah (dahak).

Ada pula gejala kelelahan, demam, berkeringat dan menggigil kedinginan, kehilangan selera makan, dan detak jantung lebih cepat. Beberapa pasien mengalami kebingungan atau perubahan kesadaran mental terutama pada orang dewasa berusia 65 tahun ke atas.

Terkadang gejalanya dibarengi dengan mual, muntah atau diare, sakit kepala, nyeri sendi atau otot hingga batuk darah (hemoptysis). Pada bayi baru lahir mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi. Bisa jadi mereka mungkin muntah, demam, batuk, tampak gelisah atau lelah serta tanpa energi, atau mengalami kesulitan bernapas dan makan.

Pengobatan dan Pencegahan

Reaksi tubuh terhadap penyakit ini bervariasi dari yang ringan hingga berat. Penangangannya pun disesuaikan dengan bobot yang diderita pasien. Jika mengalami gejala ringan, pengobatannya biasanya dapat dilakukan di rumah dengan melakukan banyak istirahat, minum lebih banyak serta meminum antibiotik jika kemungkinan disebabkan oleh infeksi bakteri.

Jika tidak memiliki masalah kesehatan lain, Anda harus merespons pengobatan dengan baik dan biasanya segera pulih, meskipun batuk mungkin berlangsung selama beberapa waktu. Untuk kelompok berisiko, pneumonia bisa parah dan mungkin perlu dirawat di rumah sakit. Hal ini karena dapat menyebabkan komplikasi serius, yang dalam beberapa kasus bisa berakibat fatal, tergantung pada kesehatan dan usia seseorang.

Bagaimana jika terjadi komplikasi? Komplikasi pneumonia lebih sering terjadi pada anak kecil, orang tua, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya, seperti diabetes atau ginjal. Kemungkinan komplikasi pneumonia meliputi radang selaput dada, di mana lapisan tipis antara paru-paru dan tulang rusuk (pleura) menjadi meradang, yang dapat menyebabkan gagal napas. 

Juga bisa terjadi komplikasi langka seperti abses paru-paru yang bisa terjadi pada orang dengan penyakit serius yang sudah ada sebelumnya atau riwayat penggunaan alkohol berat. Keracunan darah (sepsis) juga merupakan komplikasi yang jarang namun serius. Untuk komplikasi penyakit seperti ini harus mendapat perawatan di rumah sakit.

Salah satu yang juga dapat mencegah pneumonia adalah mendapatkan vaksin. Vaksin tersedia untuk mencegah beberapa jenis pneumonia dan flu. Vaksin pneumonia juga penting bagi anak-anak di bawah usia 2 tahun dan untuk anak-anak usia 2 hingga 5 tahun yang berisiko terkena penyakit pneumokokus.  

Untuk pencegahan, Layanan Kesehatan Nasional (NHs) Inggris mengungkapkan, meskipun sebagian besar kasus pneumonia adalah bakteri dan tidak ditularkan dari satu orang ke orang lain, memastikan standar kebersihan yang baik akan membantu mencegah penyebaran kuman.

Misalnya Anda harus menutup mulut dan hidung dengan sapu tangan atau tisu saat batuk atau bersin. Segera buang tisu bekas mengingat kuman dapat hidup selama beberapa jam setelah meninggalkan hidung atau mulut. Lakukan cuci tangan secara teratur untuk menghindari penularan kuman ke orang atau benda lain

Gaya hidup sehat juga dapat membantu mencegah pneumonia. Misalnya, Anda harus berhenti merokok karena merusak paru-paru dan meningkatkan kemungkinan infeksi. Juga tidur yang cukup, olahraga teratur dan makan makanan sehat. Penyalahgunaan alkohol yang berlebihan dan berkepanjangan juga melemahkan pertahanan alami paru-paru terhadap infeksi, membuat Anda lebih rentan terhadap pneumonia.

Back to top button