News

Israel telah Mencaplok 32% Wilayah Gaza


Israel telah mengambil alih sekitar 32 persen wilayah Gaza dengan menghancurkan lingkungan secara sistematis untuk menciptakan zona penyangga dan poros tengah. Ini belum termasuk wilayah Koridor Philadelphi di perbatasan Mesir, yang Israel nyatakan telah mereka kuasai pada Kamis (29/5/2024).

Penghancuran total wilayah di Gaza terjadi dengan cepat dan lambat, melalui serangan udara, serangan artileri, dan buldoser. “Tidak ada tempat yang aman di Gaza dan kehidupan manusia yang bermartabat hampir mustahil,” kata Martin Griffiths, wakil sekretaris jenderal urusan kemanusiaan dan koordinator bantuan darurat, 

Bahkan jika orang-orang dapat kembali ke rumah, banyak yang tidak lagi memiliki rumah untuk dituju. Sekitar 85 persen penduduk Gaza, atau 1,9 juta orang, telah menjadi pengungsi, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Separuh dari mereka mengungsi pada bulan ini saja.

Selama Nakba tahun 1948, sekitar 700.000 warga Palestina diusir dari rumah dan desa mereka oleh geng Zionis untuk membuka jalan bagi pembentukan negara Israel. Sementara lebih dari 36.000 warga Palestina telah terbunuh sejak 7 Oktober 2023, dua kali lipat jumlah yang terbunuh pada 1947-1949. Masih banyak lagi yang diperkirakan tewas di bawah reruntuhan dan kehancuran.

Analisis Badan Verifikasi Sanad Al Jazeera terhadap citra satelit menunjukkan tingkat kehancuran sebesar 80-90 persen di wilayah seluas 120 km persegi yang diambil Israel. Dengan belum berakhirnya serangan Israel terhadap Gaza, wilayah tersebut bisa semakin berkurang.

post-cover
Sumber: Al Jazeera

Peta yang dibuat oleh Sanad menunjukkan bahwa perbatasan Gaza telah didorong ke dalam dan menjadi jalur selebar 1,5 km yang membentang sepanjang 6,5 km di tengah wilayah Juhor ad-Dik, yang dikenal sebagai poros Nezarim. Laporan ini juga mengidentifikasi tingkat kehancuran dan pendobrakan yang dilakukan militer Israel di wilayah perbatasan dan di seluruh Gaza tengah.

Analisis tersebut menunjukkan bahwa daerah-daerah di jalur yang diperangi dan dikepung telah dibuldoser kemudian dihancurkan seluruhnya. Operasi pemindahan dilakukan secara teratur untuk mengubah apa yang pernah disebut PBB sebagai “zona berbahaya” menjadi zona penyangga.

Di wilayah utara, Sanad menemukan bahwa wilayah penghancuran yang dilakukan oleh pasukan Israel di kota Beit Hanoon membentang 2,5 km (1,5 mil) dari perbatasan Gaza, sementara lima kilometer (3,1 mil) telah tergerus di Beit Lahiya dan tiga kilometer (1,9 mil) mil) di kamp Jabalia.

Kehancuran di kamp pengungsi Bureij dan kamp Maghazi masing-masing mencapai 1,7 km (satu mil) dan dua kilometer (1,2 mil) dari perbatasan. Sejauh ini, wilayah selatan adalah wilayah yang paling terkena dampaknya. Daerah Kissufim dan Bani Suhaila, keduanya di sebelah timur Khan Younis, mengalami kerusakan yang masing-masing membentang sejauh 3,7 (2,3 mil) dan empat kilometer (2,5 mil) dari perbatasan. Di kota Rafah, kerusakan terjadi sepanjang 5,1 km (3,2 mil) dari perbatasan hingga lingkungan as-Salam.

Militer Israel telah mengklaim bahwa mereka berusaha untuk melucuti senjata Hamas, namun hanya memberikan sedikit indikasi atau bukti yang dapat diverifikasi bahwa upaya mereka mempunyai dampak strategis.

Pada 23 Januari, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa AS menentang perubahan permanen dalam komposisi wilayah Gaza dan menolak perpindahan permanen penduduknya. Namun, operasi buldoser dan pemindahan secara ekstensif masih terus dilakukan. Israel sebelumnya telah meminta 100 buldoser D9 untuk memperluas dan mempercepat pembentukan zona penyangga.

“Temuan dan fakta ini mengungkap metodologi kolonialis yang sedang dikerjakan tentara Israel, dengan memperkecil wilayah Gaza, menciptakan perbatasan baru di dalam perbatasan, dan menerapkannya sebagai realitas baru di dalam dan di luar Jalur Gaza yang terkepung,” kata Sanad.

 

Back to top button