Market

Luncurkan 3 Surat Utang, BI Jadi ‘Pengepul’ ULN Baru yang Membahayakan Sektor Keuangan


Mungkin banyak yang tidak tahu, Bank Indonesia (BI) ternyata menyumbang utang yang cukup gede, selain Kementerian Keuangan (Kemenkeu). Karena, bank sentral meluncurkan Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) pada 15 September 2023.

Agar menarik, bunga SRBI digenjot tinggi-tinggi, bahkan di atas suku bunga acuan yang ditetapkan BI, sebesar 6,25 persen.

Awalnya, karena nilai tukar (kurs) rupiah anjlok terus sejak Juli 2023, hingga mendekati Rp16 ribu, BI pun panik.

“Alhasil, diterbitkanlah SRBI pada September 2023 yang bunganya dibuat ugal-ugalan tingginya. Dengan harapan uang asing masuk,” kata Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan di Jakarta, Jumat (10/5/2024).  

Kebijakan ini, menurut Anthony, bukannya menyelesaian masalah, namun justru menciptakan masalah di kemudian hari.

“Ini jelas kebijakan blunder. Bank Indonesia menjadi, atau dijadikan, mesin baru pencetak utang luar negeri. Artinya, BI telah menyimpang dari tugas pokok dan fungsi bank sentral. Ini sangat bahaya,” kata Anthony.

Selain SRBI, lanjut Anthony, BI juga menerbitkan instrumen utang baru berbentuk valuta asing (valas), yakni Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI).

Intinya, baik SVBI maupun SUVBI, sama-sama utang valuta asing (valas) yang dijamin BI. Menurut BI, penerbitan SRBI untuk pendalaman pasar uang, sebagai instrumen operasi moneter kontraksi.

“Namun risiko penerbitan SRBI, SUVI, SUVBI di pasar perdana, akan mengurangi jumlah uang beredar di masyarakat, alias kontraksi,” tandasnya.

Anthony betul. Pada Rabu (8/5/2024), dilakukanlah lelang SRBI dengan bunga atau imbal hasil yang bikin ngiler para pemilik uang segajad.

Bayangkan saja, untuk SRBI bertenor 6 bulan, bunganya dipatok 7,31 persen. Sedangkan SRBI tenor 9 bulan bunganya 7,45 persen dan tenor 12 bulan bunganya 7,53 persen.

Wajarlah jika banyak yang kepincut karena imbal hasilnya di atas suku bunga acuan BI yang dipatok 6,25 persen. Bahkan di atas Surat Berharga Negara (SBN) yang dikeluarkan Kemenkeu.

Langkah BI ini memang mujarab untuk menarik uang panas alias hot money dari pasar keuangan. Karena, BI meraup dana sekitar Rp22,48 triliun yang didominasi SRBI tenor 12 bulan yang yang bunganya paling tinggi. Total dana dari penarikan SRBI mencapai Rp79,55 triliun.

“Dampak meluncurkan SRBI, SUVI dan SUVBI, utang BI meningkat 1,58 miliar dolar AS selama dua bulan pertama 2024, menjadi 15,02 miliar dolar AS. Atau melonjak 62 persen dibandingkan dengan sebelum penerbitan SRBI, SUVI dan SUVBI. Dan ini akan terus melonjak lagi di bulan-bulan selanjutnya,” pungkasnya.
 

Back to top button