News

Kukuh, Caleg Gimbal Asal Wonogiri yang Berprofesi sebagai Pengamen


Nama Kukuh Haryanto, calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Demokrat Dapil Wonogiri 1 (Selogiri, Wonogiri, Wuryantoro, Manyaran, Eromoko, mendadak viral di media sosial.

Bagaimana tidak? Pria yang sehari-hari bekerja sebagai pengamen dengan style rambut gimbal itu unggul sementara di antara caleg dari Partai Demokrat di dapil tersebut.

Dari data yang diakses di laman pemilu2024.kpu.go.id pada Rabu (21/2/2024), Kukuh mendapatkan suara sebanyak 984, tertinggi di antara caleg lain dari partai yang sama.

Di dunia politik elektoral, Kukuh bisa dibilang pemain baru. Sebab, dia tahun 2024 ini dia baru maju menjadi calon anggota parlemen daerah tingkat kabupaten.

Saat ditemui awak media di rumahnya yang berada di Dusun Kedungareng, Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kukuh menceritakan alasan dan proses maju sebagai caleg.

Selama setahun terakhir, dia sudah mulai mempersiapkan diri. Pekerjaannya sebagai pengamen ternyata bisa dibilang jadi senjata ampuh untuk mengenalkan diri ke konstituennya.

Selain itu, meledaknya konten video dia bernyanyi di Tiktok juga mampu menambah senjata untuk menarik para pemilih, apalagi lagu yang dinyanyikan merupakan ciptaannya sendiri dengan bentuk jingle atau lagi pendek.

Tagline yang dia usung, sekaligus lesap menjadi lirik di salah satu lagunya: mboten saget nyangoni, mboten purun janjeni (tidak bisa memberika uang saku, tidak boleh menjanjikan) membuat masyarakat di dunia maya atau netizen memberikan suara dan dukungan moral kepada Kukuh.

“Kampanye yang banyak di Tiktok, konten (video). Media sosial dari konten dan live-live. Saya itu sarananya ya Tiktok itu. Ya, sama ngamen door to door itu,” ucapnya kepada Inilahjateng.

Bahkan, ada satu momen pada saat Kukuh menerima undangan pertemuan dengan konstituen, malah ketika pulang dia membawa pulang kebutuhan untuk makan sehari-hari.

“Saya itu nyanyi, kampanye, kudune nyogok (memberi uang) malah disogok (diberi). Malah disawer. Ada undangan, saya tidak bawa apa-apa, ketika pulang malah digawani beras, tempe buntelan, tempe benguk, melon, digawan-gawani. Karena mereka tahu lagu saya, mboten saget nyangoni, mboten purun janjeni,” jelasnya.

Sebelum benar-benar menjadikan mengamen sebagai pekerjaan utama, usai lulus sekolah menengah kejuruan Kukuh pernah bekerja di sebuah pabrik tekstil sekira pada tahun 2007.

Dirasa gajinya kurang, tak bisa mencukupi kebutuhannya, pada akhir pekan, dia ngamen di sekitar Kawasan Monumen Nasional (Monas). Hasil yang didapat pun lumayan, sehari bisa sampai Rp200 ribu.

“Tapi ya itu, harus kejar-kejaran sama Satpol PP. Jadi kalau ada Satpol PP, saya lari ke Stasiun Gambir, setelah mereka tidak ada, saya ngamen lagi,” ujarnya.

Baru beberapa tahun kerja di pabrik dimaksud, ada pengurangan karyawan. Kukuh jadi salah satu karyawan yang di-PHK. Namun, dia masih tetap bertahan di ibu kota.

Setelah itu, dia bekerja sebagai office boy (OB) di Taman Hiburan Jaya Ancol dan Dunia Fantasi (Dufan), dengan tetap mengamen sebagai penghasilan tambahan.

Sebelum nyaleg, dia ngamen di Wonogiri. Pada akhir pekan, Kukuh ngamen di Obyek Wisata Waduk Gajahmungkur. Sementara pada saat weekday, dia ngamen door to door, dari rumah ke rumah dan dari pasar ke pasar.

Menjadi pengamen, bagi Kukuh justru malah bisa menambah banyak relasi. Dia juga bahkan bisa disebut pengamen cum aktivis.

Beberapa kasus besar di Jawa Tengah, dia selalu terlibat dalam solidaritas. Seperti kasus pembangunan pabrik semen di Kawasan Pegunungan Kendeng dan kasus dugaan pencemaran lingkungan oleh PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Sukoharjo.

“Karena saya senang. Jadi politik itu, dulu saya seorang, seneng ngritik seperti itu. Kemudian saya percaya bahwa, saya ingin (masuk) menjadi di sistem itu,” ungkapnya.

Dia ingin membawa keresahannya itu untuk dimasukkan ke dalam parlemen. Selain itu, dia juga bermotivasi untuk memperjuangkan aspirasi rakyat, meskipun bagi dia itu tujuan yang standar.

Dia ingin lebih dari sekadar membawa aspirasi dan keresahannya, ada agenda besar yang ingin dia perjuangkan, yakni soal transparansi anggaran.

“Saya ingin transparansi informasi segala apa-apa saya share ke publik. Karena ini era informasi kan? Jadi wakil rakyat digaji rakyat, saya ingin laporannya masuk kepada teman-teman (masyarakat), semua ke teman-teman. Karena saya kan digaji oleh uang rakyat,” tuturnya dengan semangat.

Dia juga ingin membuktikan kepada publik, bahwa bila ingin maju sebagai wakil rakyat tidak butuh uang banyak.

Dia mengaku, hanya bermodalkan Rp100 ribu untuk memasang jaringan internet pararel di rumahnya. Dan juga, membeli sebuah sepeda motor dengan harga Rp 3 juta untuk berkeliling ngamen sambil berkampanye.

“Ya memang apa ya, logistik itu penting, tapi yang terpenting adalah kita punya niat sik ya. Kalau kita terlalu jor-joran duit ya itu masuke ambisi ya yen seperti itu, apalagi politik uang itu kan dilarang,” tuturnya.

Bahkan, apa yang ingin dia buktikan hampir menjadi kenyataan. Yakni, dengan suara sementara yang dia dapat dan unggul dari caleg lain di partainya, Kukuh mempunyai potensi besar sebagai wakil rakyat dengan tidak harus mengeluarkan uang banyak, apalagi bermain politik uang.

Sementara itu, Ketua DPC Partai Demokrat Wawan Haryono membenarkan bahwa Kukuh mendapatkan suara tertinggi di internal partainya di Dapil Wonogiri 1.

“Jadi, Insya Allah beliau masuk, lolos sebagai anggota DPRD Kabupaten Wonogiri. Mudah-mudahan beliau lolos, saat ini sedang dilakukan proses rekapitulasi suara di tingkat kecamatan,” tandasnya. 

Back to top button