News

Kisah Mbah Muslimin Sisihkan Penghasilan Rp15 Ribu selama 12 Tahun untuk Naik Haji


Ibadah haji adalah panggilan Allah SWT yang tak mengenal usia maupun kondisi ekonomi. Dengan semangat yang tinggi dan tekad yang kuat, Mbah Muslimin, seorang jemaah haji lansia dari kloter 8 embarkasi Solo (SOC 08), berhasil mewujudkan impiannya untuk beribadah ke Tanah Suci tahun ini.

Sesampainya di Asrama Haji Donohudan, Mbah Muslimin duduk di Gedung Jeddah sambil menunggu panggilan petugas untuk mendapatkan layanan OSS. 

Tim Humas Satgas PPIH Embarkasi Solo yang melihatnya tanpa pendamping, menghampiri dan bertanya mengapa beliau berangkat sendirian.

Muslimin Mohammad Sanjuli, yang berasal dari Desa Giwangrejo, Kecamatan Sruweng, Kabupaten Kebumen, berangkat haji bersama 351 jemaah lainnya dalam kloter 08 embarkasi Solo (SOC 08). 

Meskipun banyak lansia yang pergi haji dengan pendamping, Mbah Muslimin mengaku berangkat ke Tanah Suci sendirian, tanpa anak, istri, atau keluarga.

“Istri dan anak saya di rumah. Saya berangkat sendirian,” kata Muslimin dalam bahasa Jawa.

Mbah Muslimin, yang kini berusia 83 tahun, memiliki empat putra dan 12 cucu. Sehari-hari, ia hidup sangat sederhana dan menafkahi keluarganya dengan beternak ayam. Dulunya, Mbah Muslimin adalah seorang penjaga sekolah dasar, namun telah pensiun lebih dari 20 tahun yang lalu.

“Gaji saya waktu itu masih Rp15 ribu. Dan saya sisihkan sedikit selama 12 tahun, saya tabung untuk berhaji,” kisahnya ketika ditanya dari mana biaya untuk berhaji.

Karena keterbatasan ekonomi, belum ada anggota keluarganya yang bisa pergi haji. “Baru saya yang pergi haji,” ungkap Muslimin.

Meskipun sendirian, Mbah Muslimin tetap bersemangat untuk menunaikan ibadah haji. Keberadaannya didampingi oleh petugas haji membuat semangatnya semakin tinggi.

Di kloter yang sama, ada juga Martinah Karto Senjoyo (91), yang berangkat haji didampingi putrinya, Asih Winarti (52). Martinah harus berkali-kali menunda keberangkatannya karena belum istitaah dan belum ada pendamping. “Baru kali ini ibu saya bisa berangkat, dan saya mendampingi,” ucap Asih.

Keberangkatan Mbah Muslimin dan Martinah menunjukkan betapa kuatnya tekad dan semangat para jemaah haji lansia untuk menunaikan rukun Islam yang kelima, meski harus menghadapi berbagai tantangan.

Back to top button