Kanal

Judol dan Pinjol Sahabat Sejati Realita Perjuangan Si Miskin


”Pinjam aja dulu di Pinjol. Nanti kalau menang Judol kan bisa langsung dilunasi. 
Siapa tahu untung!”

Mungkin anda suka

Apa arti sebuah sahabat?Santrock seorang profesor psikologi di Sekolah Ilmu Perilaku dan Otak di Universitas Texas, Dallas, Amerika Serikat, menyebut sahabat (friends) adalah sekelompok kawan-kawan sebaya yang terlibat dalam kebersamaan, saling mendukung dan memiliki relasi yang akrab.

Seperti juga Judi Online (Judol) dan Pinjaman Online (Pinjol), dua sahabat yang senantiasa melengkapi. Kalah Judi, ‘sahabat’ Pinjol senantiasa jadi solusi.Ini bukan sekedar ilusi, tapi fakta yang terjadi. Otoritas Jasa Keuangan yang menyatakan itu.

“Saat ini memang banyak masyarakat menggunakan pinjol [ilegal] untuk bermain judi online. Memang belum ada studi khusus, tapi kita mengamati cukup banyak juga,” ujar Friderica Widyasari Dewi, Dewan Komisioner OJK, beberapa waktu lalu.

Pinjol menjadi alternatif semu mendapatkan uang dengan cepat, hal yang sama juga berlaku untuk Judol. Hingga saat ini masih banyak yang masih mengira judi online menjadi salah satu kesempatan untuk mendapatkan uang lebih banyak. Judi online juga membuat banyak orang penasaran sehingga tidak bisa berhenti bermain.

Lewat situ kemudian, dua sahabat ini memanipulasi manusia.”Pinjam aja dulu di Pinjol. Nanti kalau menang Judol kan bisa langsung dilunasi. Siapa tahu untung”. Begitu mungkin kira-kira.

Realita Si Miskin

Data terbaru dari hasil rapat antara stakeholder di Indonesia, untuk triwulan pertama 2024, transaksi judi online tembus angka Rp100 triliun. Bagaimana dengan sahabatnya si pinjol?Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total pembiayaan dari pinjol atau peer-to-peer (P2P) lending mencapai 61,1 triliun pada Februari 2024.

Yang menjadi kurang ajar, dua sahabat ini beroperasi di kelas menengah ke bawah. Berdasarkan data Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) tercatat 2,76 juta masyarakat Indonesia merupakan partisipan judi online, sekitar 2,19 juta di antaranya adalah masyarakat berpenghasilan rendah. Sama halnya dengan pinjol. Data OJK menunjukan kalangan rentan seperti buruh, korban pemutusan hubungan kerja (PHK),  ibu rumah tangga hingga pelajar telah menjadi ‘pasien’-nya.

Pakar sosilogi yang juga mantan Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar menyebut fenomena ini sebagai realita ‘Si Miskin’. Sebuah fenomena sosial dimana kaum miskin tidak menemukan jalan yang bisa mereka lakukan untuk melanjutkan kehidupan. Ya, judol dan pinjol kini menjadi sahabat baru si miskin.

Kemiskinan penyebab Judi
Masalah kemiskinan dan keuangan negara jadi salah satu PR besar Presiden 2024 (Ilustrasi Inilah.com/Brenda)

”Sudah terlibat dengan judi online, kemudian terlilit hutang, lantas lari ke pinjol dan akhirnya tidak ada habis-habisnya,” kata Musni kepada Inilah.com.

Sementara pemerintah tidak berdaya mengatasi masalah ini. Padahal menurut Musni, fenomena ini terjadi akibat dari kegagalan pemerintah. “Kenapa? Karena pembangunan itu tidak menghadirkan keadilan bagi rakyat bawah. Rakyat bawah itu disuruh untuk bertarung di pasar bebas,” kata Musni.

Pendidikan, menjadi kata kunci untuk memperbaiki realita ini. Data statistik menunjukkan 59,88 persen masyarakat Indonesia merupakan lulusan sekolah dasar (SD). Kelompok inilah yang kemudian berjuang untuk bertahan hidup, tak peduli dengan segala cara, termasuk bertaruh di meja judi kemudian terjerat utang.

Menurut Musni, selain komitmen tinggi memberantas judol dan pinjol ilegal, pemerintah harus pula memberi solusi ekonomi bagi masyarakat, seperti memberikan pelatihan, modal dan peluang berusaha.

“Jadi jangan kita kasih ikannya, kasih kailnya. Nah yang sekarang pemerintah lakukan itu dikasih kailnya. Apa ikannya itu? Sembako. Jadi kasih bantuan sembako, kasih BLT. Itu semua adalah membuat orang tidak bisa maju,” kata Musni.

Bantuan sosial (Bansos) yang kini kerap dikucurkan pemerintah, menurut Musni justru membuat ketergantungan yang kemudian berakibat si miskin tidak bisa keluar dari kondisi yang kini mereka alami.

Judol dan Pinjol Seperti Candu

Psikolog Klinis Dewasa dari Ruang Tumbuh, Indah Sulistyorini, menilai sulitnya masyarakat terlepas dari judi karena efek candu yang dihadirkan. Kemenangan sesaat yang dirasakan, menjadi dopamin (senyawa kimia dalam otak) yang seolah membuat kebahagian untuk terus bertaruh.

Indah menyebut fenomena ini dengan istilah immediate gratification atau instant gratification, alias kenikmatan sesaat yang didapatkan saat itu juga.

judi online sulit diberantas
Ilustrasi. Judi Online di Indonesia: Mengapa Sulit Diberantas? (Inilah.com, Feby).

“Ketika seseorang sudah merasakan kenikmatan atau senang melalui judi, maka akan menimbulkan kecanduan,” kata Indah kepada Inilah.com.

Efek dopamin ini akan membanjiri otak sehingga mengganggu kemampuan seseorang untuk bisa berpikir secara rasional. Jadi menurutnya, orang yang kecanduan judi bisa melakukan apapun, termasuk melanggar hukum.

Kecanduan ini, menurut Indah, mirip dengan yang dialami para pelaku narkoba. Jika berhenti, akan menimbulkan sindrom withdraw.”Kalau (kecanduan) narkoba itu istilahnya sakau,” kata Indah. Pelaku ini, akan merasakan kecemasan hingga depresi.

Efek candu ini juga yang kemudian membuat pelaku tidak bisa lepas dari jerat, meski duit yang dimiliki sudah habis. Untuk menutupi kerugian itu, kemudian mereka lantas memakai jalan pintas dengan mencoba membuka akun pinjol.

Sama hal dengan judol, pinjol juga menimbulkan efek kecanduan. Persyaratan yang mudah untuk mendapatkan uang menjadi faktornya.

“Akhirnya si dopamin kembali keluar,” kata Indah.

Seseorang yang kencanduan ini harus diberikan perawatan agar mereka tersadar akan efek yang dihasilkan oleh perbuatan mereka. Mirip seperti orang kecanduan narkotik, mereka harus alternatif aktivitas pengganti, termasuk keluar dari pergaulan yang memberikan efek negative tersebut.

“Misal aktivitas yang menghasilkan dopamin tapi sifatnya natural, seperti olahraga, hiking dan sebagainya,” kata Indah.

Sponsor untuk Si Tokoh Terkenal

Sementara pakar sosilogi dari Universitas Nasional, Sigit Rochadi menyoroti soal endorsement yang kerap diberikan para bandar judi, baik kepada tokoh terkenal seperti artis maupun selebgram, juga untuk olahraga populer di masyarakat.

Sigit menyoroti bagaimana bandar judi internasional menjadi sponsor bagi klub sepakbola di eropa dan olahraga tinju di Amerika Serikat.

post-cover
Sejumlah artis dan selebgram masuk daftar pemeriksaan Bareskrim Polri terkait promosi Judi Online (Desain: Inilah.com)

“Kalau Anda lihat tinju di Amerika kan pasti iklannya semuanya adalah perusahaan-perusahaan judi besar yang ada di spanduk-spanduk itu,” kata Sigit Rochadi kepada Inilah.com.

Bujukan bermain judi juga kerap membanjiri media sosial saat ini. Sigit mencontohkan, semisal seseorang mengakses film porno, maka secepat kilat akan dibanjiri dengan iklan judi online.

Belum lagi dengan pengalaman Indonesia pada masa lalu, dimana saat orde baru pemerintah 
pernah menjadi sponsor judi, yang kemudian menjadi rujukan dari para pelaku.

“Dulu ada NALO, singkatan dari National Lottery. Itu disponsori oleh pemerintah. Setelah NALO hilang, ada SDSB, Sumbangan Sosial Berhadiah. Itu juga judi secara nasional, beredar secara nasional,” kata Sigit

Sigit percaya ada komitmen tinggi dari pemerintah saat ini, utamanya Kapolri Jenderal Listyo Sigit dalam memberantasan judi, meski pun diakuinya pula masih banyak menjadi backing perjudian.

(Nebby/Rizki)
 

Back to top button