Market

Ekonom: Cadangan Devisa Indonesia 2023 Naik Tipis-tipis

Tahun ini, bank sentral AS (The Fed) diprediksi tak akan garang dalam menaikkan suku bunga acuan. Peluang besar cadangan devisa (cadev) naik, meski tipis-tipis.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan, tahun ini, The Fed tidak terlalu hawkish dalam mengerek suku bunga acuan di negeri Paman Sam (Fed Fund Rate/FFR).

Kalau benar prediksi Joshua, maka modal asing atau dolar AS bakal mengalir deras ke Indonesia. Dampaknya, cadev Indonesia menguat hingga US$141 miliar. Atau setara Rp2.115 triliun (kurs Rp15.000/US$). “Cadangan devisa pada 2023 diperkirakan berada pada kisaran 139 miliar dolar AS hingga 141 miliar dolar AS,” kata Joshua, Jakarta, Jumat (6/1/2023).

Menurut Josua, kenaikan cadangan devisa pada 2023, seiring dengan potensi kebijakan The Fed yang tidak se-hawkish 2022, membuat investor asing kembali masuk ke pasar keuangan.

Hal ini akan menjadi salah satu faktor yang mampu mendorong kenaikan cadangan devisa. Tidak hanya itu, dengan harga komoditas yang diperkirakan masih berada di atas level normalnya, surplus transaksi berjalan juga akan menopang kenaikan cadangan devisa.

Sekali lagi, kalau benar cadev Indonesia sebesar US$141 miliar pada 2023, berarti naik tipis US$3,8 miliar dibandingkan 2022. Atau setara Rp57 triliun. Sedangkan cadev November 2022, menurut catatan Bank Indonesia (BI) sebesar US$134,0 miliar.

Artinya, dalam sebulan (November-Desember 2022), terjadi kenaikan cadev sebesar US$3,2 miliar. Kenaikan ini cerminan dari peningakatan arus modal masuk atau net capital inflow di pasar keuangan, terutama pasar obligasi.

Menurut Joshua, nilai net capital inflow ke pasar keuangan, secara total cenderung naik karena arus keluar keluar investor di pasar saham. Artinya, investor menarik duitnya dari pasar saham, pindah ke obligasi.

“Selama bulan Desember, investor asing mencatatkan pembelian bersih (net buy) sebesar 1,62 miliar dolar AS di pasar obligasi. Namun mencatatkan penjualan bersih (net sell) sebesar 1,34 miliar dolar AS di pasar saham,” ujar Josua.

Selain dari sisi arus modal masuk, Josua bilang kenaikan cadangan devisa tersebut didorong oleh pengambilan kenaikan cadangan devisa yang didorong oleh pengambilan Utang Luar Negeri (ULN) pemerintah melalui jalur bilateral dan multilateral.

“Hal ini terefleksi oleh pemerintah yang belum menerbitkan SBN valas sepanjang  Desember 2022, sehingga penarikan utang pemerintah diperkirakan berasal dari jalur non surat utang,” kata Josua.

Back to top button