Ototekno

Bisnis FMC di Luar Negeri Moncer, BPKN Ungkap Dua Faktor Penyebabnya

Operator Indonesia alami perubahan arah bisnis, tidak hanya menjual jaringan mobile tapi juga menawarkan fixed broadband. Hal ini dinilai anggota Komisi Komunikasi dan Edukasi Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) Heru Sutadi sebagai barang lama bukan hal baru.

Ia mengatakan, integrasi layanan fixed dan mobile broadband atau biasa disebut Fixed Mobile Convergence (FMC) ini memang menjanjikan. Mengingat, pasar global teknologi itu cenderung meningkat.

“FMC ini memang sedang tumbuh walaupun sebetulnya ini sudah menjadi persoalan lama. Pasar global FMC diperkirakan naik cukup besar pada 2023-2028 terutama di Eropa, Asia Pasifik dan Amerika Utara,” kata Heru dalam sebuah acara diskusi di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (23/2/2023).

Heru menjelaskan ada dua faktor yang bisa membuat bisnis FMC ini terlihat begitu menjanjikan di luar negeri. Faktor yang pertama, didukung dari faktor ketatnya persaingan antara penyedia layanan yang berlomba-lomba menghadirkan layanan komplet sehingga memandang FMC perlu ditawarkan kepada konsumen.

“Memang model-model sekarang ini agak berbeda. Kami nggak tahu, karena banyak juga negara-negara yang sekadar kemudian menyatukan FMC ini hanya karena adanya faktor kompetisi,” ujar Direktur Eksekutif ICT Institute ini.

Sementara di beberapa negara lainnya, menurut Heru bisnis ini justru tidak didorong oleh faktor kompetisi, melainkan mengandalkan diskon menarik untuk mengunggah minat konsumen menjajal layanan.

“Namun di banyak negara lain karena mungkin juga faktor kompetisinya gak terlalu banyak sehingga mereka bermain di sisi diskon. Namun memang diskon ini juga dianggap faktor yang konservatif,” jelas dia

Back to top button