News

Bisa Sehat Bugar Naik Haji di Usia 109 Tahun, Ini Rahasia Amalan Mbah Miskan


Di ambang usia yang telah menembus satu abad lebih, Hardjo Mislan, seorang calon jemaah haji (CJH) tertua di Jawa Timur, bersiap untuk sebuah perjalanan ibadah yang mungkin menjadi puncak dari perjalanan kehidupannya. Berusia 109 tahun, Mislan tidak hanya mengukir rekor sebagai salah satu CJH tertua, tetapi juga membuktikan bahwa semangat spiritual tidak mengenal batas usia.

Ditemui awak media di Asrama Haji Embarkasi Surabaya, sehari sebelum keberangkatan yang ditetapkan pada tanggal 16 Mei 2024, Mbah Miskan, sapaannya berbagi tentang persiapan yang telah dilakukan untuk memastikan kebugaran fisiknya tetap terjaga selama menjalankan ibadah haji. 

Veteran pejuang kemerdekaan Republik Indonesia asal Ponorogo, yang kemudian menjadi Pamong Desa dan bertani itu, sejak muda dikenal gemar bersilaturahmi, serta berziarah sekaligus membersihkan makam para kerabatnya.

“Ya setiap pagi jalan kaki dari rumah sampai depan jalan kemudian balik lagi. Supaya sehat,” ujarnya dengan nada yang tenang namun penuh semangat.

Selain itu ia rutin beribadah salat malam, serta berpuasa sunnah Senin-Kamis dan Syawal.

Mbah Miskan sendiri menuturkan pernah menjalankan ibadah umrah pada 2017 saat usianya 102 tahun, yang meneguhkan tekadnya untuk kembali lagi sebagai calon haji.

Pendaftaran haji yang dilakukan pada tahun 2019 membawanya ke pintu gerbang keberangkatan haji dalam waktu yang relatif singkat. Rasa syukur terpancar dari wajahnya saat berbicara tentang kesempatan emas ini untuk melaksanakan rukun Islam kelima, sebuah panggilan suci yang telah lama dinantinya.

Dia tidak akan menjalani perjalanan ini sendirian. 

Ia ditemani oleh tiga anggota keluarganya yang terdekat: anaknya, Sirmad, menantu, dan besannya. 

Bersama-sama, mereka mendukung satu sama lain dalam setiap langkah menuju Tanah Suci.

Kunci utama Mbah Miskan ditekankan dalam menjaga kesehatan di usia seratus tahun lebih adalah kegigihan dalam melaksanakan qiyamul lail atau salat tahajud. Selain itu, ia juga mengikuti filosofi hidup yang menenangkan: menerima apa adanya. 

“Kalau Allah SWT sedang memberikan ujian kehidupan yang pahit tidak mengenakkan, ya sudah dijalani aja. Pasrah terhadap semua ketetapan Gusti. Tidak usah dibuat susah sampai tidak enak maupun tidur,” tuturnya dengan bijak.

Sirmad, sang anak, memperkuat cerita tentang ketabahan ayahnya, mengatakan bahwa meskipun kadang membutuhkan bantuan tongkat karena faktor usia, Mislan masih dapat berjalan tanpa bantuan itu. Harapan mereka bersama, sebagaimana diungkapkan Sirmad, adalah “supaya sekeluarga dapat melaksanakan ibadah haji dengan lancar dan kembali ke tanah air dengan selamat.”

Kisah Hardjo Mislan adalah perwujudan nyata dari kekuatan iman dan keteguhan hati, menunjukkan bahwa dalam setiap usia, selalu ada ruang untuk pertumbuhan spiritual dan perjalanan yang membawa kita lebih dekat kepada pencipta.

Back to top button